Pages

Sabtu, 28 Februari 2015

SISTEM STARTER (STARTING SYSTEM)

SISTEM STARTER
(STARTING SYSTEM)

          Saat mesin dalam keadaan mati, tidak ada tenaga yang dihasilkannya. Karena
itu mesin tidak dapat memutarkan dirinya sediri pada saat akan dihidupkan. Tenaga
untuk memutarkan mesin pertama kali harus berasal dari luar mesin. Gerakan awal
untuk memutarkan mesin diperlukan untuk melakukan proses kerja mesin mulai dari
langkah isap, kompresi (saat akhir langkah kompresi busi memercik pada motor
bensin atau bahan bakar diinjeksikan pada motor diesel), kemudian usaha (terjadi
pembakaran) sehingga mesin dapat hidup, dan langkah buang. Jadi yang memberikan
tenaga pertama kali untuk melakukan proses kerja mesin berasal dari luar mesin.
Sistem yang memberikan tenaga awal untuk menghidupkan mesin disebut dengan
sistem starter.

Gb. Sistem Starter pada Kendaraan

          Gambar di atas memperlihatkan mesin sebuah kendaraan. Motor starter pada
mesin tersebut terletak di bagian belakang mesin karena saat bekerja motor starter
harus berkaitan dengan roda penerus (flywheel) pada mesin tersebut. Jika motor
starter bekerja atau berputar, roda gigi (pinion gear) pada motor starter memutarkan
roda penerus sehingga poros engkol berputar. Gerakan putar inilah yang
menyebabkan piston bergerak untuk melakukan proses isap, kompresi, usaha, dan
buang sehingga mesin dapat hidup. Sistem starter pada kendaraan meliputi beberapa
komponen yaitu motor starter, kunci kontak, baterai, dan kabel-kabel penghubung
antar komponen (harness). Sumber energi untuk menggerakan motor starter berasal
dari baterai.
          Sistem starter bekerja untuk mengubah energi listrik dari baterai menjadi
energi gerak (mekanik/putaran). Komponen utama untuk mengubah energi listrik
menjadi energi mekanik adalah motor listrik. Motor ini harus dapat membangkitkan
momen puntir yang besar untuk dapat memutarkan mesin saat pertama kali
dihidupkan. Kecepatan minimum yang diperlukan untuk menghidupkan mesin berbeda
tergantung dari konstruksi dan kondisi kerja mesin.

A. Komponen dan Fungsi Komponen Sistem Starter
        Sistem starter menggunakan motor listrik untuk memutarkan mesin sehingga
sistem bahan bakar dan sistem pengapian (pada mesin bensin) dapat bekerja. Motor
starter menggerakan atau memutarkan mesin pada saat gigi pinion dan ring gear pada
roda penerus berkaitan. Beberapa komponen yang ada pada motor starter di
antaranya adalah baterai, kunci kontak, saklar netral pada transmisi (hanya pada
model tertentu), saklar magnetik / solenoid (magnetic switch), dan motor starter.
Gb. Komponen dan Rangkaian Sistem Starter

Berikut ini dijelaskan secara singkat fungsi komponen pada sistem starter:

1.  Baterai
Baterai pada sistem starter berfungsi sebagai sumber energi yang
menyediakan arus listrik sehingga motor starter dapat bekerja dan memutarkan mesin.
2.  Kunci kontak
Kunci kontak berfungsi untuk mengaktifkan sistem starter dengan memberikan
arus dari terminal ST (starter) pada kunci kontak ke solenoid. Skema kunci kontak dan
terminal-terminalnya digambarkan pada gambar di bawah ini. Pada sistem starter,
terminal yang dipakai adalah terminal ST dan dihubungkan dengan motor starter pada
terminal 50.
Gb. Kunci Kontak

3.  Saklar netral pada transmisi
Saklar ini berfungsi sebagai pengaman saat mesin di-start agar kendaraan
tidak meloncat atau jalan saat distarter. Dengan adanya saklar ini, maka saat gigi
transmisi berada pada posisi gigi tertentu mesin tidak dapat di-start kecuali transmisi
dalam keadaan netral. Tidak semua kendaraan dilengkapi dengan saklar ini, jadi
hanya pada kendaraan tertentu saja.
4.  Solenoid
Solenoid berfungsi sebagai saklar utama yang  memungkinkan arus yang
besar mengalir dari baterai ke motor starter. Selain itu, solenoid juga berfungsi untuk
mendorong roda gigi pinion motor starter sehingga berkaitan dengan roda gigi
penerus (ring gear). Solenoid bekerja berdasarkan gaya magnet yang dibangkitkan
oleh kumparan yang ada di dalamnya.
5.  Motor starter
Motor starter berfungsi untuk mengubah energi listrik yang berasal dari baterai
menjadi energi mekanik atau energi gerak / putaran. Tenaga yang
dihasilkan digunakan sebagai penggerak awal untuk memutarkan poros engkol
melalui roda penerus (flywheel) sehingga proses kerja mesin mulai dari langkah isap,
kompresi, usaha dan buang dapat terjadi dan mesin dapat hidup. Motor starter yang
banyak digunakan ada beberapa macam yaitu motor starter tipe konvensional, motor
starter tipe reduksi, dan motor starter tipe planetari.

B. Cara Kerja Sistem Starter Konvensional
          Kerja sistem starter ini terbagi menjadi tiga keadaan, yaitu saat kunci kontak
pada posisi posisi start (ST), saat gigi pinion berhubungan dengan gigi pada roda
penerus (flywheel), dan saat kunci kontak kembali pada posisi ON atau IG. Berikut
dijelaskan cara kerja sistem starter pada tiap posisi.

Saat kunci kontak posisi start (ST)

Gb. Kerja sistem starter saat kunci kontak posisi ST

          Kunci kontak (ignition switch) yang diputar pada posisi start menyebabkan
terjadinya aliran arus ke kumparan penarik (pull-in coil) dan ke kumparan penahan (hold in coil)
yang secara bersamaan.
          Aliran arus pada kumparan pull-in coil dan kumparan hold-in coil
menyebabkan terjadinya kemagnetan pada kedua kumparan tersebut. Letak punyer di
dalam solenoid yang tidak simetris atau tidak berada di tengah kumparan
menyebabkan plunyer tertarik dan bergerak ke kanan melawan tekanan pegas
pengembali (return spring). Karena ada aliran arus (kecil) dari pull-in coil ke kumparan
medan dan ke kumparan armatur, maka medan magnet yang terbentuk pada
kumparan medan dan armatur lemah sehingga motor starter berputar lambat.  Pada
saat plunyer tertarik, tuas penggerak (drive lever) yang terpasang pada ujung plunyer
juga akan tertarik ke arah kanan. Bagian tengah tuas penggerak terdapat baut yang
berfungsi sebagai engsel sehingga tuas penggerak bagian bawah yang berkaitan
dengan kopling starter (starter clutch) bergerak ke kiri mendorong gigi pinion agar
berkaitan dengan ring gear. Pada kondisi plunyer tertarik (plat kontak belum
menempel), motor starter berputar lambat. Putaran lambat ini membantu gigi pinion
agar mudah masuk atau berkaitan dengan ring gear.

Saat gigi pinion berhubungan dengan ring gear

Gb. Kerja sistem starter saat gigi pinion berhubungan dengan ring gear

         Plunyer bergerak ke kanan pada saat kumparan pull-in coil  dan kumparan
hold-in coil menghasilkan medan magnet. Gerakan ini menyebabkan gigi pinion
berkaitan penuh dengan ring gear dan plat kontak pada bagian ujung kanan plunyer
menempel dengan terminal utama pada solenoid sehingga terminal 30 dan terminal C
terhubung. Arus yang besar dapat mengalir melewati kedua terminal tersebut. Pada
keadaan ini tegangan di terminal 50 sama dengan tegangan di terminal 30 dan
terminal C. Karena tegangan di terminal C sama dengan tegangan di terminal 50,
maka tidak ada arus yang mengalir ke kumparan pull-in coil dan kemagnetan di
kumparan tersebut hilang. 
          Aliran arus yang besar melalui kumparan medan dan kumparan armatur
menyebabkan terjadinya medan magnet yang sangat kuat sehingga motor starter
berputar cepat dan menghasilkan tenaga yang besar untuk memutarkan mesin.
Medan magnet pada kumparan pull-in coil dalam kondisi ini tidak terbentuk karena
arus tidak mengalir ke kumparan tersebut. Selama motor starter berputar plat kontak
harus selalu dalam kondisi menempel dengan terminal utama pada solenoid. Oleh
sebab itu, pada kondisi ini kumparan hold-in coil tetap dialiri arus listrik sehingga
medan magnet yang terbentuk pada kumparan tersebut mampu menahan plunyer dan
plat kontak tetap menempel. Dengan demikian, meskipun kumparan pada pull-in coil
kemagnetannya hilang, plunyer masih dalam kondisi tertahan.

Saat kunci kontak kembali ke posisi ON (IG)
Gb. Kerja sistem starter saat kunci kontak kembali ke posisi ON (IG)

          Setelah mesin hidup, maka kunci kontak dilepas dan posisinya kembali ke
posisi ON atau posisi IG (ignition). Namun demikian sesaat setelah kunci kontak di
lepas, plat kontak masih dalam kondisi menempel. Pada keadaan ini terminal 50 tidak
akan mendapatkan lagi arus listrik dari baterai.
          Seperti dijelaskan pada aliran arus nomor (1), motor starter masih dialiri arus
yang besar sehingga pada saat ini motor starter masih berputar. Aliran arus seperti
yang dijelaskan pada nomor (2) terjadi juga pada kumparan pull-in coil dan kumparan
hold-in coil
Aliran arus dari terminal C ke kumparan pull-in coil dan kumparan hold-
in coil arahnya berlawanan sehingga medan magnet yang dihasilkan juga akan
berlawanan arah kutubnya sehingga terjadi demagnetisasi atau saling menghilangkan
medan magnet yang terbentuk oleh kedua kumparan tersebut. Akibatnya, tidak ada
kekuatan medan magnet yang dapat menahan plunyer sehingga plunyer akan
bergerak ke kiri dan kembali ke posisi semula sehingga plat kontak terlepas dari
terminal 30 dan terminal C. Arus yang besar akan berhenti mengalir dan motor starter
berhenti berputar.


Selasa, 24 Februari 2015

KOMPONEN KELISTRIKAN BODY


Sistem Kelistrikan Body

Komponen-Komponen Pendukung Rangkaian Sistem Kelistrikan Body
  • Baterai
Baterai berfungsi sebagai sumber arus searah DC (Dirrect Current) pada sistem kelistrikan otomotif. Umumnya baterai yang digunakan sebagai sumber tenaga pada sistem kelistrikan otomotif mempunyai tegangan 12 Volt dan kapasitasnya berkisar 40–70 AH (Ampere Hour).
Gb. Baterai
Baterai mempunyai 2 kutub, yaitu kutub (+) dan kutub (-). Kutub (+) diberi kode 30 dan kutub (-) atau minus diberi kode 31.
  • Kunci Kontak (Switch)

Kelistrikan otomotif pada mobil menggunakan kunci kontak (Ignition Swtch) sebagai saklar utama yang menghubungkan semua sistem kelistrikan dengan sumber tenaga (baterai).
Gb.Kunci kontak
Kunci kontak mempunyai beberapa posisi, yaitu ;
Off : terputus dari sumber tegangan (baterai)
ACC : terhubung dengan arus baterai , tetapi hanya untuk kebutuhan accecoris
ON / IG : terhubung ke sistem pengapian (Ignition )
START : untuk start
  • Saklar
Gb. Wirring saklar lampu kota (a) dan saklar lampu kepala (b)

Saklar di atas dapat dioperasikan dengan cara menekan dan melepas atau menarik dan melepas sehingga kontak gerak akan berpindah dari 56a ke 56b atau sebaliknya. Bila saklar tersebut mempunyai 3 posisi berhenti, pada posisi tidak ditarik (posisi 0), tidak ada kontak yang berhubungan dengan 30 (+ baterai). Bila ditarik 2 kali (posisi 2), kontak 30 (+ Baterai) akan berhubungan dengan 56 (ke saklar dim).
  • Sekring (fuse)
    Sekring adalah suatu komponen kelistrikan yang berfungsi untuk membatasi beban arus yang berlebihan. Selain itu, untuk menghindari terjadinya kerusakan pada rangkaian saat terjadi konsleting atau hubungan singkat. Dengan adanya sekring (fuse) rangkaian kelistrikan, bola lampu, kabel-kabel, relay, fleser, dan yang lainnya tidak akan rusak bila terjadi kelebihan arus atau terjadi hubungan singkat karena sekring akan putus terlebih dahulu. Jenis sekring ada bermacam-macam, baik bentuk (konstruksi) maupun jenis filamennya.

Gb. Sekring jenis good (a) dan sekring jenis cartridge (b)

  • Pengedip (Flase)
    Pengedip (flaser) digunakan untuk memutus dan menghubungkan arus secara otomatis pada rangkaian lampu tanda belok sehingga lampu akan berkedip. Jenis pengedip (flaser) ada dua, yaitu jenis bimetal dan magnet.
    Gambar 14. Detail flaser (a) dan foto flaser (b)

    • Relay
      Relay adalah saklar elektrik yang digunakan untuk memutus dan menghubungkan arus secara elektrik. Cara kerjanya, bila dialiri arus listrik, kumparan akan menjadi magnet sehingga kontak poin tertarik dan terhubung. Ada dua jenis
      relay, yaitu relay bila dialiri arus listrik kontak poin akan terhubung dan relay bila dialiri arus listrik akan terputus.
      Gambar 15. Detail relay jenis terbuka (a), relay jenis tertutup (b) dan foto relay (c)

      • Kabel Penghubung
        Kabel adalah suatu komponen yang digunakan untuk menghubungkan komponen satu dengan komponen yang lainnya yang terbuat dari tembaga dan diberi isolasi supaya tidak terjadi konseleting. Diameter kabel terdiri atas berbagai ukuran. Penggunaan kabel berbeda-beda ukurannya, bergantung pada berapa besar arus yang mengalir. Bila arus yang mengalir besar, berarti harus menggunakan kabel yang berdiameter besar, tetapi bila arus yang mengalir kecil, cukup menggunakan kabel yang berdiameter kecil.





Selasa, 03 Februari 2015

TUNE UP MESIN MOBIL

Tune-Up Mesin Mobil - Tune-up merupakan servis yang paling sering dilakukan dibandingkan dengan jenis servis mobil yang lain, seperti overhaul, spooring- balancing, dan kenteng magic (ketok magic). Tune-up merupakan servis yang bertujuan untuk mengembalikan tenaga motor agar sesuai dengan standarnya. Jadi, tune-up merupakan servis penting sebuah mobil sebelum servis lainnya.

Pekerjaan tune-up harus sesuai dengan prosedurnya. Tanpa mengikuti urutan yang benar, hasil tune-up tidak akan sempurna dan akan banyak mengalami terjadinya pengulangan pekerjaan. Ibarat orang membersihkan ruangan, langkah yang tepat adalah menyapu (membersihkan) bagian atas (langit-langit), kemudian membersihkan lantainya. Jika menyapu lantai terlebih dahulu, kemudian membersihkan langit-langit ruangan, lantainya harus disapu lagi. Ini jelas tidak efisien, baik tenaga, waktu, maupun hasil pekerjaan. Dengan prosedur tune-up yang benar, akan diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut.
  • Waktu yang diperlukan lebih cepat.
  • Tenaga yang dikeluarkan untuk menyervis lebih kecil.
  • Peralatan lebih awet karena frekuensi pemakaian alat berkurang.
  • Mobil lebih awet karena frekuensi bongkar-pasangnya relatif lebih kecil.
  • Peralatan yang Diperlukan
Dalam pengerjaan tune-up, sebaiknya sesedikit mungkin menggunakan alat. Persiapan alat yang berlebihan macam dan jumlahnya, tetapi tidak digunakan, menandakan kurangnya pemahaman terhadap mesin. Alat yang diperlukan dalam tune-up sebagai berikut.
  • Kunci pas.
  • Kunci ring.
  • Obeng positif dan negatif.
  • Feeler gauge (pengukur celah).
  • Ampelas (ambril)
  • Timing- light
  • Engine analyzer atau Tes kompresi.
  • Kain lap.
Namun, jika peralatan tersebut telah tersedia di dalam kotak peralatan (toolbox), tentu tidak ada salahnya disiapkan satu kotak tersebut. Kotak alat sebaiknya ditaruh di atas meja atau kursi, tidak ditaruh di lantai karena dalam pekerjaan tune-up lebih banyak dilakukan dengan berdiri dari pada duduk atau berbaring. Meletakkan kotak alat di atas meja atau kursi akan memudahkan dalam memilih dan mengambil alat yang akan digunakan. Karena tidak semua kunci diperlukan, siapkan beberapa kunci dan taruh di luar kotak, tetapi di atas kursi atau meja tersebut. Hitunglah jumlah kunci di dalam kotak untuk mencegah kemungkinan kunci tidak diketahui tertinggal di dalam mesin atau dekat mesin. Peralatan yang kemungkinan besar bisa tertinggal di dalam atau di dekat mesin adalah peralatan kecil, seperti feeler gauge, kunci pas, kunci ring, obeng, ampelas, kain lap, dan kabel-kabel. Peralatan yang tertinggal di dalam atau di dekat mesin dapat menimbulkan bahaya kebakaran dan kerusakan mesin, bahkan bisa membahayakan keselamatan penumpang. Contoh kasus akibat tertinggalnya peralatan di dalam mesin atau di dekat mesin mobil sebagai berikut.
  • Kunci pas menghubungkan kutub positif dengan kutub negatif accu dapat menyebabkan kebakaran.
  • Kabel tersangkut di daun kipas radiator sehingga daun kipas patah.
Selain menghitung jumlah peralatan yang digunakan, perlu diperiksa juga kondisi setiap peralatan secara teliti. Pastikan bahwa peralatan tersebut dalam keadaan baik. Kondisi alat yang dapat menimbulkan kecelakaan sebagai berikut.
  • Kunci yang retak.
  • Kabel terkelupas.
  • Obeng retak.

PENGERJAAN TUNE-UP

A. Memeriksa Air Radiator
Sebelum tune-up dimulai, terlebih dahulu air radiatornya kita periksa. Buka tutup radiator dengan cara diputar, kemudian lihat air radiator dari lubang pengisian air. Jika jumlah air radiatornya kurang, tambahkan secukupnya dengan air yang bersih.
Volume air di radiator dikatakan cukup jika ketinggiannya mencapai batas bawah leher tutup radiator. Jangan menghidupkan mesin dalam keadaan air radiator kurang, karena, mesin akan menjadi sangat panas.

Waktu memeriksa air radiator, periksa juga kualitas airnya. Jika airnya kotor, sebaiknya diganti dengan yang baru. Jika airnya berminyak, berarti terjadi kebocoran oli yang menuju sistem pendinginan air. Periksa juga kemungkinan terjadinya kebocoran air pendingin dengan melihat ada tidaknya rembesan air di luar radiator.
B. Memeriksa Oli Mesin
Setelah memeriksa air radiator, tahap berikutnya adalah memeriksa oli mesin. Jika oli mesin diperiksa setelah tune-up selesai, hasil tune-up tidak akan maksimal karena kondisi oli mesin berpengaruh terhadap suhu kerja mesin. Selain itu, oli mesin juga berpengaruh terhadap bunyi mesin. Jika oli mesin sangat kotor, encer, atau kurang, bunyi mesin akan menjadi kasar. Hal ini akan berpengaruh terhadap putaran stasioner dan idel.
Pemeriksaan oli mesin meliputi volume oli dan kondisi oli. Volume oli harus memenuhi batas minimal yang ditentukan, jika Oli kurang, tambahkan dengan oli yang kekentalanya sama. Sebaiknya, oli yang ditambahkan tersebut mereknya sama, untuk menghindari reaksi kimia yang dapat merugikan kondisi dan kerja mesin.

Dilihat dari bahan bakunnya, oli pelumas ada 2 macam, yaitu :
  • Oli MineralOli mineral dibuat dari bahan crude oli yang mengandung bahan hidro karbon dan parafin yang cukup tinggi.
  • Oli Sintetis
Oli Sintetis merupakan hasil dari perpaduan beberapa senyawa kimia. Oli sintetis lebih baik daripada oli mineral karena bisa tahan bekerja pada suhu rendah dan suhu tinggi.

C. Kondisi Visual Mesin
Selesai memeriksa oli mesin, jangan langsung menghidupkan mesin. Amati dengan teliti kondisi visual mesin. Pastikan bahwa mesin benar-benar aman untuk dihidupkan.
Memeriksa kondisi mesin secara visual termasuk tindakan pencegahan kecelakaan yang harus dilakukan sebelum tune-up. Mesin dikatakan aman untuk dihidupkan jika pemeriksaan mesin menunjukkan hasil sebagai berikut.
  1. Tidak ada kabel yang tersangkut.
  2. Tidak ada kabel busi yang tidak terpasang.
  3. Pemasangan kabel-kabel busi sudah benar sesuai dengan urutan pengapiannya.
  4. Tidak ada peralatan apa pun yang terletak di atas mesin.
  5. Baut dan mur terpasang dengan baik.
  6. Tidak terdapat kebocoran bensin pada mesin.
  7. Tidak ada kabel yang mengalami hubungan singkat.
  8. Oli mesin dan air radiator cukup.
D. Menghidupkan Mesin
Setelah mesin siap dihidupkan dan aman dari kemungkinan adanya bahaya, hidupkan mesin pada putaran stasioner, beberapa menit kemudian tambahkan putarannya jika diperlukan. Jangan menghidupkan mesin langsung pada putaran tinggi, karena pelumasan belum sampai ke seluruh komponen mesin, untuk mencegah keausan pada komponen. Untuk keperluan menganalisis kerusakan mesin, selama mesin hidup perhatikan tiga hal sebagai berikut.

a. Bunyi Mesin
Bunyi mesin yang bisa timbul saat menghidupkan mesin sebagai berikut.
  • Ledakan akibat Pembakaran
Ledakan akibat pembakaran bahan bakar (bensin atau solar) menimbulkan bunyi yang khas. Pada mesin yang pembakarannya normal, bunyi ledakannya rata. Pada mesin yang pembakarannya tidak normal, bunyi ledakannya tidak rata, terjadi entakan setiap beberapa detik. Jika bunyi tersebut tidak disalurkan lewat knalpot, akan terdengar sangat keras dan memekakkan telinga.
Bunyi mesin berbahan bakar bensin lebih halus dibandingkan dengan mesin berbahan bakar solar atau diesel.
  • Getaran Komponen
Mengetahui ciri-ciri bunyi berbagai mesin akan mempermudah dalam menentukan kerusakannya. Bunyi yang ditimbulkan oleh getaran komponen mesin merupakan bunyi yang tidak normal. Getaran tersebut bisa terjadi karena baut atau mur yang longgar, komponen retak, atau patah. Bunyi-bunyi akibat getaran mesin berbeda sekali dengan bunyi akibat pembakaran bahan bakar.
  • Gesekan
Gesekan komponen yang tidak dilumasi dengan oli, bisa menimbulkan bunyi yang tidak nyaman. Bunyi akibat gesekan bisa timbul pada tuas sistem kawat gas karburator yang tidak dilumasi dengan baik, gesekan piston dengan dinding silinder, atau gesekan pada lakher.
  • Aliran Gas
Aliran gas yang bocor bisa menimbulkan bunyi yang tidak normal, seperti terjadinya kebocoran pada saluran gas masuk dalam silinder (intake manifold). Bunyi tersebut berupa desis yang keras.
  • Ketukan (knocking)
Bunyi yang diakibatkan oleh adanya ketukan dua komponen mesin yang cukup keras, biasanya terjadi di daerah sebagai berikut:
  1. Celah katup yang terlalu besar.
  2. Bantalan poros engkol longgar.
  3. Piston kocak.
  4. Pen piston longgar.
  5. Poros nok kocak.
  • Loncatan Bunga Api
Loncatan listrik tegangan tinggi bisa menimbulkan bunyi khas. Bunyi tersebut bisa mirip suara seekor cicak berdecak. Penyebab loncatan bunga api listrik adalah kebocoran arus atau hubungan singkat.
  • Tekanan Gas
Bunyi yang disebabkan oleh tekanan gas yang bocor hampir sama dengan kebocoran aliran gas masuk. Kebocoran gas disebabkan oleh sekat yang kurang rapat. Bunyi mesin harus didengarkan dengan saksama untuk mencari penyebab kerusakan mesin. Karena itu, bandingkan bunyi mesin sebelum dan setelah tune-up.

b. Getaran Mesin
Perhatikan getaran selama mesin hidup pada putaran stasioner. Mesin yang normal tidak memiliki getaran yang kasar. Jika diamati, pada waktu mesin dinyalakan, bodi mesin tersebut tidak bergetar kecuali kabel-kabel businya yang sedikit bergetar. Jika getaran mesin agak kasar, berarti terdapat gangguan pada proses pembakaran atau komponen-komponennya. Getaran yang kasar disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.
  • Tekanan kompresi tidak sama antara masing-masing silinder.
  • Tekanan kompresi di atas standarnya.
  • Pembakaran pada salah satu silinder tidak normal.
  • Salah satu busi mati.
  • Salah satu kabel busi lepas.
  • Pemasangan kabel busi tidak sesuai urutan pengapiannya.
  • Terdapat komponen-komponen yang kocak atau kendor baut-bautnya.

c. Asap Knalpot
Setelah bunyi mesin dan getarannya diamati, selanjutnya perhatikan dengan teliti bentuk dan warna asap sisa pembakaran yang keluar dari knalpot. Asap yang keluar dari knalpot merupakan petunjuk baik tidaknya proses pembakaran bahan bakar mesin tersebut. 

Ada empat warna asap knalpot yang dapat dijadikan petunjuk baik tidaknya proses pembakaran dalam mesin sebagai berikut.
  • Warna Asap Hitam
Warna asap hitam pada mesin diesel merupakan sesuatu yang wajar. Namun, warna asap hitam pada mesin bensin merupakan pertanda adanya pembakaran yang tidak sempurna karena kelebihan bensin pada campuran gas dan bensinnya. Ukuran standar yang digunakan sebagai pembanding warna asap dikatakan hitam atau normal adalah asap mesin dalam kondisi normal.

  • Warna Asap Putih
Asap mesin 2 tak yang normal berwarna putih. Berbeda dengan mesin 4 tak, jika asap mesin 4 tak berwarna putih berarti terdapat kerusakan atau gangguan pada mesin tersebut. Warna putih disebabkan asap dari oli yang terbakar. Pada mesin 2 tak, oli memang terbakar bersama bensin. Namun pada mesin 4 tak, oli tidak terbakar, kecuali terdapat kebocoran oli dari karter ke ruang bakar.
  • Asap Tak Berwarna
Asap mesin 4 tak yang baik adalah yang tidak berwarna. Warna asap seperti ini menandakan campuran gas normal, tidak kelebihan bensin, tidak bercampur dengan oli, dan tidak kekurangan bensin.
  • Asap Knalpot Berjelaga
Jelaga pada asap mesin, baik itu mesin 2 tak maupun 4 tak, disebabkan adanya kandungan minyak tanah di dalam bensin. Jika asap yang dihasilkan berjelaga, bunyi mesin pasti tidak normal (kasar) dan elektroda businya hitam.

Urutan Pengerjaan Tune-Up

Setelah mesin dianalisis kerusakannya, pekerjaan tune up bisa dimulai. Pengerjaan tune up harus berurut. Tujuannya, agar tidak terjadi pengulangan pekerjaan karena servis komponen tertentu berpengaruh terhadap komponen yang lain.

a. Saringan Udara (Air Filter)
Saringan udara terlebih dahulu harus diservis dibandingkan dengan komponen yang lain, karena saringan udara merupakan komponen mesin yang paling dingin dibandingkan dengan komponen yang lain setelah mesin dihidupkan. Selain itu saringan udara juga berpengaruh terhadap komponen lain jika diservis belakangan, seperti terhadap pembentukan campuran udara dan bensin di saluran pada intake manifold (saluran pemasukan gas).

Saringan udara atau lebih populer dengan sebutan filter terletak di dalam kotak berbentuk lingkaran yang menyerupai piring. Kotak tersebut terbuat dari pelat besi biasa. Saat pengapian, putaran stasioner sangat dipengaruhi oleh saringan udara. Penyetelan idel juga dipengaruhi oleh saringan udara.

b. Platina
Setelah saringan udara dibersihkan atau diganti, komponen berikutnya yang harus diservis adalah platina. Platina terletak di dalam distributor. Platina perlu diperiksa atau diservis terlebih dahulu sebelum menyetel saat pengapian dan putaran stasioner. Jika platina disetel setelah penyetelan saat pengapian dan putaran stasioner, akan terjadi pengulangan kerja. Setelah platina dibersihkan dan dipasang, saat pengapian pasti berubah, karena saat pengapian dipengaruhi oleh celah platina. Jika celah platina lebih besar, saat pengapian akan maju sedikit. Sebaliknya, jika celah platina lebih sempit, saat pengapian akan mundur. 

Putaran stasioner juga dipengaruhi oleh celah platina. Jika celah platina lebih besar, putaran stasioner akan turun. Sebaliknya, jika celah platina semakin kecil, putaran stasioner akan naik sedikit. Meskipun perubahan putaran stasioner tersebut tidak begitu besar, perlu diperhatikan untuk ketelitian hasil servis. Kondisi permukaan kontak platina sangat berpengaruh terhadap putaran stasioner dan bunyi mesin. Jika permukaan platina kotor, putaran stasioner akan turun. Namun, jika permukaan platina dibersihkan, putaran stasioner akan naik. Karena itu, tidak tepat jika platina diservis setelah penyetelan putaran stasioner dan campuran gas.

Setelah perbaikan platina selesai, pasanglah platina dengan benar. Perhatikan kabel yang bisa menyebabkan hubungan singkat dengan bodi mesin. Hubungan singkat dengan bodi mesin mengakibatkan tidak terjadinya loncatan bunga api pada busi. Apabila mobil sudah menggunakan CDI maka tidak perlu melewati tahapan ini.

c. Kabel Busi
Setelah platina diservis, tutup distributor tidak perlu segera dipasang. Periksa kondisi tutup distributor beserta kabel-kabelnya. Pemeriksaan tersebut dilakukan setelah menyervis platina dengan tujuan untuk efisiensi kerja.
Kondisi mesin dipengaruhi oleh kualitas pengapiannya. Kualitas pengapian dipengaruhi oleh nyala api busi dan kabel¬kabel businya. Namun, kabel busi harus diperiksa atau diservis terlebih dahulu daripada businya, karena kabel busi merupakan pengantar untuk lewatnya arus tegangan tinggi ke busi. Nyala api busi sangat dipengaruhi oleh kondisi kabel-kabel businya.

Kabel busi tidak boleh diganti dengan kabel yang sembarangan kualitasnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari hambatan yang besar pada busi. Isolasi kabel busi harus memenuhi syarat, karena listrik yang dialirkan bertegangan tinggi (15.000-20.000 volt). Isolasi kabel busi yang sudah usang harus diganti kabelnya. Penggantian kabel busi sebaiknya satu unit, dengan harga yang bermacam¬macam. Umumnya, semakin mahal harganya, semakin baik kualitasnya.

Kabel busi yang retak isolatornya atau telah usang menyebabkan timbulnya crossfire, yakni induksi pada kabel busi yang berdekatan, sehingga busi yang kabelnya terkena induksi meloncatkan bunga api liar dan menyebabkan kerja mesin terganggu. Cross fire menyebabkan bunyi mesin kasar dan tenaga mesin menjadi turun. Untuk mengecek kabel busi biasanya besarnya tahanan diukur menggunakan Ohm meter, jika besarnya tahanan tidak sesuai dengan standartnya maka kabel busi diganti dengan yang baik.

d. Tutup Distributor
Tutup distributor sebaiknya diperiksa kondisinya bersamaan dengan pemeriksaan kabel-kabel busi dan servis platina. Hal ini dimaksudkan untuk meng¬hemat waktu kerja. Jika pemeriksa¬an tutup ditributor dilakukan se¬telah mesin dihidupkan, akan mengulangi pekerjaan melepas dan mencabut kabel busi dan tutup dis¬tributor.

Tutup distributor dinyatakan baik jika kondisinya sebagai berikut:
  • Tidak retak.
  • Arang pada tutup distributor yang berfungsi meng¬alirkan listrik tegangan tinggi tidak aus.
  • Bisa menutup dengan rapat.
Ada model tutup distributor yang dilengkapi lubang ventilasi di bagian atas tutup tersebut. Fungsi lubang ventilasi tersebut adalah untuk penguapan air yang terjebak di dalam tutup distributor. Dengan adanya ventilasi tersebut, uap air bisa keluar sehingga distributor tetap kering.

e. Accu
Pemeriksaan berikutnya adalah pemeriksaan accu. Pemeriksaan accu meliputi sebagai berikut.
  • Tinggi Air Accu
Air accu harus cukup, yakni ketinggiannya antara garis batas atas (upper level) dan garis batas bawah (lower level). Jika air accu jumlahnya kurang, tambahkan dengan accu zur secukupnya. Ketinggian air accu pada prinsipnya adalah merendam seluruh sel-sel accu sekurang-kurangnya 1 cm di atas sel-sel accu tersebut.
Jika mobil menggunakan accu kering, perawatannya menjadi lebih mudah karena tidak memerlukan air accu yang bisa berkurang karena penguapan. Kutub-kutub accu juga harus bersih, tidak kotor oleh jamur atau sejenisnya. Namun, harga accu kering lebih mahal sehingga masih banyak mobil yang menggunakan accu basah. Air accu yang kurang (di bawah standar) berakibat reaksi pada accu tidak maksimal, sehingga arus yang dihasilkannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan listrik pada mobil.
  • Bersihkan Kutub-kutub Accu dari Jamur dan Karat
Jamur pada kutub-kutub accu bisa dibersihkan dengan air hangat, sedangkan karat yang mengotori kutub-kutub accu harus dibersihkan dengan ampelas.
Bagian yang nampaknya remeh, tetapi sangat penting, adalah klem atau penjepit kabel accu dengan kutub- kutubnya. Klem tersebut mudah sekali kendor. Jika klem kendor, mesin akan mati karena busi tidak melon¬catkan bunga api. Untuk merawat klem agar tetap berfungsi dengan baik, ke¬raskan baut pengikatnya dan gunakan klem yang berkualitas baik. Kutub-kutub accu yang kotor atau berkarat menyebabkan tahanan sangat besar. Akibatnya, arus yang mengalir menjadi berkurang (kecil) sehingga tenaga mesin menjadi berkurang, bahkan mesin tak bisa dihidupkan.
Pada pemeriksaan pengapian, umumnya accu diperiksa paling akhir, itu pun kalau bunga api yang keluar dari busi sangat kecil dan bagian pengapian lainnya telah diservis.

f. Busi
Busi sebaiknya diperiksa setelah pengukuran tekanan kompresi atau sebelum penyetelan celah katup. Alasannya, pada pengukuran tekanan kompresi maupun penyetelan celah katup busi dalam keadaan tidak terpasang, bisa menghasilkan efisiensi kerja yang optimal. Saat pengukuran kompresi, busi harus dilepaskan karena lubang busi digunakan untuk memasukkan ujung alat pengukur tekanan kompresi. Pada penyetelan celah katup, busi sebaiknya dalam keadaan tidak terpasang agar mesin ringan saat diputar.

Bagian busi yang perlu diperiksa adalah elektrodanya, yang meliputi kebersihan dan celah elektrodanya. Elektroda yang kotor harus diampelas dengan ampelas besi dan elektroda positif dan elektroda negatif tidak boleh berhubungan. Karena itu, harus disetel celahnya. Adanya kotoran pada kedua elektroda busi bisa mengakibatkan terhalangnya jalan loncatan bunga api listrik.

Setelah elektrodanya dibersihkan dengan ampelas, pada elektroda busi perhatikan hal-hal sebagai berikut:
  • Jika terdapat lingkaran berwarna agak biru antara elektroda tengah dengan insulatornya, berarti tipe busi yang digunakan cocok.
  • Jika insulatornya agak hitam dan elektrodanya berwarna biru, berarti tipe businya terlalu dingin.
  • Jika insulatornya berwarna putih dan terjadi erosi pada elektrodanya, berarti tipe businya terlalu panas.
Ada tiga tipe busi, yaitu busi panas, sedang, dan dingin. Busi tipe panas kurang tahan terhadap panas, tipe dingin tahan terhadap panas. Busi panas cocok untuk perjalanan jauh.

g. Menyetel Celah Katup
Langkah paling tepat begitu selesai menyervis busi adalah menyetel celah katup. Selama penyetelan celah katup, busi tidak perlu dipasang di lubangnya. Biarkan mesin tanpa busi untuk sementara, hingga penyetelan katup selesai.

Penyetelan celah katup dalam keadaan mesin tanpa busi akan memperoleh keuntungan sebagai berikut:
  • Mesin akan lebih ringan diputar saat mencari posisi top kompresi masing-masing silinder.
  • Mempermudah dalam memeriksa posisi piston, yakni sudah mencapai titik puncaknya atau belum.
  • Lebih aman, karena mesin tidak mungkin berputar (hidup) tanpa busi.
1. Syarat Penyetelan Katup
Agar penyetelan katup berhasil dengan baik, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
  • Penyetelan dilakukan ketika katup menutup rapat.
  • Penyetelan dilakukan ketika celah katup paling besar.
  • Penyetelan katup dapat berhasil dengan baik jika proses kerja mesin (gerak naik-turun piston) sesuai dengan gerak katup-katupnya.
2. Cara Penyetelan
Ada dua cara penyetelan untuk memenuhi syarat-syarat agar penyetelan katup berhasil dengan baik, yaitu sebagai berikut:
  • Dengan memutar poros engkol (pub), untuk membuat piston berada di posisi top kompresi masing-masing silinder. Cara ini banyak membutuhkan tenaga dan waktu, karena harus memutar pull sesuai dengan banyaknya silinder sampai mendapatkan posisi piston pada top silinder 1, 2, 3, 4, dan seterusnya. Saat posisi top kompresi, kedua katup iNdan EX harus dalam keadaan menutup rapat, sehingga bisa disetel celahnya.
  • Dengan memutar poros engkol (pub), untuk membuat piston pada posisi top kompresi silinder 1 dan silinder lain yang diperlukan sesuai dengan proses kerja mesin. Cara ini lebih cepat dan menghemat dengan tenaga, tetapi memerlukan pengetahuan teknik mobil yang cukup, khususnya hubungan antara urutan pengapian (FO = firing order) dan penyetelan katup.
h. Positive Crank Case Ventilation (PCV)
PCV adalah sistem ventilasi ruang engkol. Uap bensin yang bocor ke dalam ruang engkol dialirkan kembali ke ruang bakar mesin melalui sebuah selang yang menghubungkan ruang engkol ke intake manifold.
Setelah penyetelan katup, sebaiknya PCV diservis terlebih dahulu sebelum .tes kompresi. PCV sedikit berpengaruh terhadap tekanan kompresi dan putaran mesin. Tanpa PCV putaran mesin lebih rendah dibandingkan dengan ketika PCVdiaktifl<an.

Dalam servis PCV, yang perlu diperiksa adalah kerja katup PCV dan kerapatan selang-selangnya. Katup PCV yang telah rusak sebaiknya diganti dengan yang baru.

i. Saat Pengapian
Saat pengapian sebaiknya disetel setelah penyetelan putaran mesin. Alasannya, karena saat pengapian yang tercantum dalam buku pedoman servis mobil adalah saat pengapian pada putaran stasioner. Jika saat pengapiannya disetel pada putaran tidak stasioner, akan terjadi pengulangan kerja. Hal ini sebenarnya bisa dihindari, karena begitu pu¬taran mesin disetel, saat penga¬t,piannya pasti berubah. 

Prinsip penyetelan saat pengapian adalah memutar dis¬tributor dalam keadaan mesin hidup sampai memperoleh bunyi mesin yang paling halus dengan tenaga yang paling besar. Prinsip penyetelan ini bisa dijadikan pedoman, jika penyetelan saat pengapian dilakukan tanpa menggunakan timing- light (penyetelan perigapian) atau alat bantu lainnya.
Distributor dapat diputar ke kiri atau ke kanan setelah baut pengikatnya dikendorkan. Jika distributor diputar berlawanan arah dengan putaran rotor, berarti saat pengapiannya dimajukan. Sebaliknya, jika distributor diputar searah dengan putaran rotor, berarti saat pengapian dimundurkan.

j. Idel
Penyetelan idel merupakan penyetelan yang paling akhir dalam tune-up mesin mobil. Hasil penyetelan idel tidak berpengaruh terhadap saat pengapian, celah katup, kompresi, dan pendinginan. Sebaliknya, idel sangat dipengaruhi oleh berbagai komponen mesin.
Menyetel idel pada prinsipnya adalah menyetel campuran antara udara dengan bensin pada putaran idling. Jadi sebelum menyetel campuran idel, putaran mesinnya harus stasioner terlebih dahulu. Jika setelah penyetelan idel, kemudian putaran stasionernya berubah, putaran stasionernya harus disetel ulang.

k. Tali Kipas
Dalam tune up, tali kipas juga harus disetel. Kekencangan tali kipas berpengaruh terhadap pendinginan dan putar¬an alternator. Jika tali kipas kendor, putaran mesin tidak bisa memu-tar kipas pendingin de¬ngan baik karena selip.
Akibatnya, pendinginan oleh kipas tidak sesuai dengan putaran mesin sehingga mesin menjadi panas. Selain itu, putaran alternator juga tidak bisa maksimum sehingga pengisian ke baterai kurang baik.

Menghidupkan Mesin Setelah Tune-Up

Setelah tune-up selesai dan mesin akan dihidupkan, perhatikan seluruh komponen mesin sudah terpasang di tempatnya dengan benar atau belum. Jika semua komponen telah terpasang dengan benar, hidupkan mesin pada ifputaran stasioner beberapa menit. Selama mesin berputar stasioner, dengarkan bunyi normal, naikkan putaran mesin perlahan-lahan sambil perhatikan bunyi mesin, getaran, dan asap knalpotnya. Jika sudah yakin tidak terdapat gangguan atau ketidaknormalan pada mesin, berarti tune-up telah selesai.
 

Blogger news

Blue Fire Pointer

Blogroll

About